6 Hewan Pemangsa Paling Berbahaya Di Dunia
Predator Laut :
1. Paus Pembunuh
Paus pembunuh, atau bahasa lainnya adalah Orca. Nama latinnya adalah Orcinus orca.
Paus yang satu ini merupakan predator laut teratas dan juga merupakan
tingkat pertama. Paus ini dapat ditemukan di seluruh samudera.
Sebenarnya, setelah saya baca informasinya. Ternyata paus ini masuk ke
dalam jenis lumba - lumba. Wow, apakah Anda percaya? Para peneliti
meneliti paus ini lebih jauh lagi. Setelah mereka meneliti lebih jauh
lagi ternyata benar, paus ini memiliki kemiripan yang sama dengan lumba -
lumba. Ya, Itu adalah ikan predator pertama tingkat atas di seluruh
lautan.
2. Hiu Putih Raksasa
Masih membicarakan soal predator tingkat atas diseluruh lautan. Jika
paus pembunuh adalah yang pertama, maka hiu putih besar ini adalah
predator kedua tingkat teratas di seluruh lautan. Nama latinnya adalah Carcharodon carcharias. Ikan yang satu ini dapat ditemukan di Amerika Serikat (Atlantik Timur Laut dan California), Afrika Selatan, Jepang, Australia (terutama New South Wales dan Australia Selatan), Selandia Baru, Chili, dan Mediterania.
Itu
adalah 2 predator laut tingkat teratas di seluruh lautan. Jadi hati -
hati ya teman - teman jika ingin berenang di laut. Setelah membicarakan
predator tingkat atas di seluruh lautan. Kini kita membahas predator
di daratan. Dan inilah dia predator - predator tingkat atas di daratan.
Predator Daratan :
Harimau
Harimau, nama latinnya adalah Panthera tigris.
Hewan yang satu ini adalah salah satu kucing terbesar dan terganas.
Kucing yang satu ini tidak sama dengan pada kucing pada umumnya. Karena,
biasanya kucing pada umumnya takut dengan air. Namun, kucing yang satu
ini tidak takut dengan air. Dan kucing yang satu ini bisa berenang.
Ya...mungkin kurang lebihnya Anda sudah tau tentang harimau.
Predator Reptil :
1. King Cobra
Dalam
Bahasa Indonesia, artinya Ular Anang ato yg sering disebut dgn sebutan
Ular Kobra. Ular yang satu ini adalah ular yang paling terganas, paing
berbahaya, dan mematikan.
Ular kobra menyebar mulai dari India di barat, Bhutan, Bangladesh,
Burma, Kamboja, Cina selatan, Laos, Thailand, Vietnam, Semenanjung
Malaya, Kepulauan Andaman, Indonesia dan Filipina. Di Indonesia ular
ini ditemukan di Sumatra, Kep. Mentawai, Kep. Riau, Bangka, Borneo,
Jawa, Bali, dan Sulawesi.
Ular kobra didapati mulai dari dekat pantai hingga ketinggian sekurang-kurangnya 1.800 m dpl. Ular ini menghuni aneka habitat, mulai dari hutan dataran rendah, rawa-rawa, wilayah semak belukar, hutan pegunungan, lahan pertanian, ladang tua, perkebunan, persawahan, dan lingkungan pemukiman. Ular yang lincah dan gesit ini biasa bersembunyi di bawah lindungan semak yang padat, lubang-lubang di akar atau batang pohon, lubang tanah, di bawah tumpukan batu, atau di rekahan karang.
Ular kobra didapati mulai dari dekat pantai hingga ketinggian sekurang-kurangnya 1.800 m dpl. Ular ini menghuni aneka habitat, mulai dari hutan dataran rendah, rawa-rawa, wilayah semak belukar, hutan pegunungan, lahan pertanian, ladang tua, perkebunan, persawahan, dan lingkungan pemukiman. Ular yang lincah dan gesit ini biasa bersembunyi di bawah lindungan semak yang padat, lubang-lubang di akar atau batang pohon, lubang tanah, di bawah tumpukan batu, atau di rekahan karang.
Bisa ular kobra
terutama tersusun dari protein dan polipeptida, yang dihasilkan dari
kelenjar ludah yang telah berubah fungsi, yang terletak di belakang
mata. Tatkala menggigit mangsanya, bisa ini tersalur melalui taring
sepanjang sekitar 8–10 mm yang menancap di daging mangsanya. Meskipun
racun ini dianggap tak sekuat bisa beberapa ular yang lain, ular anang
sanggup mengeluarkan jumlah bisa yang jauh lebih besar dari ular-ular
lainnya. Percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa satu kali
gigitan ular ini dapat mengeluarkan sejumlah bisa yang cukup untuk
membunuh 10 orang. Beruntunglah bahwa kebanyakan gigitan ular ini pada
manusia hanya memasukkan bisa dalam jumlah yang tidak fatal.
2. Buaya Muara
Buaya muara atau buaya bekatak. Nama latinnya adalah Crocodylus porosus
adalah sejenis buaya yang terutama hidup di sungai-sungai dan di laut
dekat muara. Daerah penyebarannya dapat ditemukan di seluruh perairan
Indonesia. Moncong spesies ini cukup lebar dan tidak punya sisik lebar
pada tengkuknya. Sedang panjang tubuh termasuk ekor bisa mencapai 12
meter seperti yang pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur.
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia, jauh lebih besar dari Buaya Nil dan Alligator Amerika. Penyebarannya pun juga "terluas" di dunia; buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favorit untuk mereka adalah perairan Indonesia dan Australia.
Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan bilamana kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. Buaya muara menyukai air payau/asin, oleh sebab itu pula bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile (buaya air asin).Selain terbesar dan terpanjang, Buaya Muara terkenal juga sebagai jenis buaya terganas di dunia.
Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer. Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.
Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak. Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia, jauh lebih besar dari Buaya Nil dan Alligator Amerika. Penyebarannya pun juga "terluas" di dunia; buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favorit untuk mereka adalah perairan Indonesia dan Australia.
Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan bilamana kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. Buaya muara menyukai air payau/asin, oleh sebab itu pula bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile (buaya air asin).Selain terbesar dan terpanjang, Buaya Muara terkenal juga sebagai jenis buaya terganas di dunia.
3. Komodo
Adalah salah satu jenis kadal terbesar di dunia. Dan juga merupakan
biawak terbesar di dunia Binatang yang satu ini hanya ada di Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama latinnya adalah Varanus komodoensis. Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer. Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.
Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak. Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.
Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter dengan
tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan
kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya
selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya.
Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap
berteduh selama bagian hari yang terpanas. Tempat-tempat sembunyi komodo
ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir
angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran
hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang
strategis untuk menyergap rusa.
Pada akhir 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus)
dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku Agamidae,
kemungkinan memiliki semacam bisa. Selama ini diketahui bahwa luka-luka
akibat gigitan hewan-hewan ini sangat rawan infeksi karena adanya
bakteria yang hidup di mulut kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti
ini menunjukkan bahwa efek langsung yang muncul pada luka-luka
gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah. Para
peneliti ini telah mengamati luka-luka di tangan manusia akibat
gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris dan komodo,
dan semuanya memperlihatkan reaksi yang serupa: bengkak secara cepat
dalam beberapa menit, gangguan lokal dalam pembekuan darah, rasa sakit
yang mencekam hingga ke siku, dengan beberapa gejala yang bertahan
hingga beberapa jam kemudian. Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang
amat beracun telah berhasil diambil dari mulut seekor komodo di Kebun
Binatang Singapura, dan meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa
yang dipunyai komodo.
Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka bakteri mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya; jika gigitan komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu minggu akibat infeksi. Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya adalah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium. Karena komodo nampaknya kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.
Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka bakteri mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya; jika gigitan komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu minggu akibat infeksi. Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya adalah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium. Karena komodo nampaknya kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.
0 comments:
Jangan sungkan-sungkan komen di mari gan...
:)