Hikmah Pagi: Memulai Hari dengan Optimisme
Mari kita coba untuk melukis gambar satu hari dalam kehidupan
Rasulullah SAW. Beliau bangun jauh sebelum fajar, ketika tirai gelap
malam masih meliputi segala sesuatu. Saat beliau mulai bergerak, beliau
berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah mengembalikan semangat saya,
memberikan saya kekuatan fisik dan mengizinkan saya untuk
memuliakan-Nya."
Seberat apapun tantangan yang bakal dihadapi, beliau menyambutnya dengan optimisme. Dan, hal sekecil apapun tak luput disyukuri, termasuk kembalinya semangat untuk memulai hari.
Bahkan, terbit dan tenggelamnya matahari, adalah juga hal yang perlu kita syukuri. "Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. " (QS Al Mu'min [40]: 61)
Kehidupan kita adalah suatu berkah terbesar yang kita terima dari Allah. Wujud terima kasih kita adalah dengan memanfaatkan hidup sebaik-baiknya. Allah menawarkan kesempatan keberhasilan bagi siapa saja yang ingin berhasil. Intinya, sikap optimis harus selalu dikedepankan.
Optimistis adalah suatu sikap yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal. Optimis adalah lawan kata dari putus asa. Putus asa timbul karena tiada kemauan dalam hati dan kurang meyakini rahmat Allah. Sikap optimistis merupakan bentuk keyakinan akan kemurahan Allah dan karunia-Nya dan bahwa janji Allah adalah benar adanya.
Orang yang mempunyai sikap optimistis ialah orang yang mempunyai ketaatan dan menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya. Dia berharap agar Allah tidak memalingkannya, menerima amalnya, dan tidak menolaknya, serta melipatgandakan pahala-Nya.
Allah telah berfirman: “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia; dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya” (QS Yunus [10]:107)
Sebaliknya orang yang bersikap pesimis sering kali merasa bimbang apabila menghadapi permasalahan hidup. Sikap bimbang akan membawanya pada sikap tidak percaya diri, mudah menyalahkan orang lain, bahkan terkadang tak jarang mengurangi kadar keimanannya pada Allah.
Bagaimana mengalahkan sikap bimbang? Kembalikan semuanya pada Allah. Bukankah kata-Nya, setelah kesulitan selalu akan ada kemudahan?
Seberat apapun tantangan yang bakal dihadapi, beliau menyambutnya dengan optimisme. Dan, hal sekecil apapun tak luput disyukuri, termasuk kembalinya semangat untuk memulai hari.
Bahkan, terbit dan tenggelamnya matahari, adalah juga hal yang perlu kita syukuri. "Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. " (QS Al Mu'min [40]: 61)
Kehidupan kita adalah suatu berkah terbesar yang kita terima dari Allah. Wujud terima kasih kita adalah dengan memanfaatkan hidup sebaik-baiknya. Allah menawarkan kesempatan keberhasilan bagi siapa saja yang ingin berhasil. Intinya, sikap optimis harus selalu dikedepankan.
Optimistis adalah suatu sikap yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal. Optimis adalah lawan kata dari putus asa. Putus asa timbul karena tiada kemauan dalam hati dan kurang meyakini rahmat Allah. Sikap optimistis merupakan bentuk keyakinan akan kemurahan Allah dan karunia-Nya dan bahwa janji Allah adalah benar adanya.
Orang yang mempunyai sikap optimistis ialah orang yang mempunyai ketaatan dan menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya. Dia berharap agar Allah tidak memalingkannya, menerima amalnya, dan tidak menolaknya, serta melipatgandakan pahala-Nya.
Allah telah berfirman: “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia; dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya” (QS Yunus [10]:107)
Sebaliknya orang yang bersikap pesimis sering kali merasa bimbang apabila menghadapi permasalahan hidup. Sikap bimbang akan membawanya pada sikap tidak percaya diri, mudah menyalahkan orang lain, bahkan terkadang tak jarang mengurangi kadar keimanannya pada Allah.
Bagaimana mengalahkan sikap bimbang? Kembalikan semuanya pada Allah. Bukankah kata-Nya, setelah kesulitan selalu akan ada kemudahan?
sumber : republika
0 comments:
Jangan sungkan-sungkan komen di mari gan...
:)