Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak: Memaksa Anak Menikah Dengan Orang Yang Tidak Disukai
Kita sering mendengar bahwa perkataan "ahh" (dalam Al Qur'an disebut
dengan uff) yang bermaksud untuk penolakan atau pembangkangan bisa
menyebabkan seorang anak disebut sebagai anak durhaka.
Demikian pula bila kata-kata bisa menjadikan orang tua menjadi seorang yang telah durhaka kepada anak dan telah melakukan kekerasan yang disebut dengan kekerasan verbal (verbal abuse), kata-kata yang keras seperti: "dasar bodoh", "anak cerewet" yang sering diucapkan dengan keras dan dalam keadaan emosi mungkin akan mempunyai pengaruh lebih buruk dari pukulan yang masuk akal. Apalagi bentuk-bentuk ucapan yang lebih keras dengan menyebut nama-nama penghuni kebun margasatwa untuk memanggil anak, kata-kata kotor bisa menjadikan seseorang durhaka kepada anaknya.
Bentuk kedurhakaan lainnya yaitu berupa kekerasan psikis dan emosi (emotional abuse) yang beruta penelantaran dan pengabaian hak-hak emosional anak, tidak memenuhi kebutuhan kasih sayang anak, pelukan dan ciuman dan hak mendapatkan perlindungan, bisa menyebabkan orang tua durhaka.
Suatu hari Rasulullah mencium dengan kasih cucu beliau Hasan bin Ali, pada saat itu ada seorang bernama Aqra bin Habis yang melihat kemudian mengomentari perbuatan Rasulullah itu dan berkata: "“Sesungguhnya saya mempunyai sepuluh orang anak, tetapi sama sekali tidak seorang pun di antara mereka yang pernah saya cium”.
Dijawab oleh Rasulullah: “Aku tidak dapat menjamin kamu bila Allah mencabut rasa belas-kasihan dari hatimu. Hai Habis, siapa yang tidak mempunyai rasa belas kasihan, dia tidak akan mendapat rahmat”.
Kemudian bentuk kedurhakaan lainnya yaitu berupa kekerasan fisik (Physical abuse), bisa berupa pukulan, tonjukan, jambakan jeweran dan lainnya.
Dan yang akhir-akhir ini sering juga terjadi yaitu Kedurhakaan Seksual (Seksual Abuse), rabaan, colekan, eksploitasi, bahkan perkosaan… naudzubillah…
Dalam buku 20 perilaku durhaka orangtua terhadap anak, pengarangnya Drs.M.Thalib menyebutkan 20 hal yang bisa menyebabkan seorang disebut durhaka kepada anak, yaitu:
1. Salah memilih calon ibu atau ayah.
2. Menafkahi anak dari hasil yang haram.
3. Mengajak anak kepada kemusyrikan.
4. Menghalangi anak beragama dengan baik dan benar.
5. Menelantarkan nafkah anak.
6. Menelantarkan pendidikan anak agama anak.
7. Menempatkan anak di lingkungan yang rusak.
8. Memaksa anak menikah dengan orang yang tidak disukainya.
9. Merintangi anak menikah.
10. Memperlakukan anak tidak adil.
11. Membiasakan hal-hal buruk terhadap anak.
12. Menyerahkan asuhan anak kepada non muslim.
13. Membebani anak dengan tugas-tugas di luar kemampuannya.
14. Menghilangkan hak waris anak.
15. Melahirkan anak di luar nikah.
16. Membiasakan anak boros.
17. Menciptkan suasana maksiat di lingkungan rumah
18. Memberi nama yang buruk kepada anak.
19. Tidak mengakui sebagai anaknya.
20. Membunuh anak.
Durhaka Orang Tua kepada Anak : Memaksa Anak Menikah dengan orang yang tidak disukainya
Imam Ahmad dan Nasa’i meriwayatkan hadits yang artinya “Seorang perempuan berkata (kepada Nabi): “Ayah saya telah menikahkan saya dengan kemenakannya agar dapat meringankan beban dirinya.” Rasulullah bersabda: “Saya serahkan urusan ini kepadamu.” Lalu anak perempuan itu berkata: “Saya benarkan apa yang dilakukan ayah saya itu. Tetapi saya ingin agar orang tahu bahwa para bapak tidak mempunyai hak sedikit pun dalam urusan ini.”
Hadits tersebut di atas memberi gambaran jelas bahwa Islam tidak membenarkan langkah orang tua yang menikahkan anaknya secara paksa, baik anak itu perempuan maupun anak laki-laki. Yang dikehendaki oleh Islam ialah calon mempelai benar-benar mengikat perkawinannya atas prinsip saling ridla dan senang hati. Prinsip ini tidak boleh dilanggar oleh siapa pun termasuk ibu dan bapak kandung yang bersangkutan.
Dari beberapa peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah saw, dapat disimpulkan bahwa:
Demikian pula bila kata-kata bisa menjadikan orang tua menjadi seorang yang telah durhaka kepada anak dan telah melakukan kekerasan yang disebut dengan kekerasan verbal (verbal abuse), kata-kata yang keras seperti: "dasar bodoh", "anak cerewet" yang sering diucapkan dengan keras dan dalam keadaan emosi mungkin akan mempunyai pengaruh lebih buruk dari pukulan yang masuk akal. Apalagi bentuk-bentuk ucapan yang lebih keras dengan menyebut nama-nama penghuni kebun margasatwa untuk memanggil anak, kata-kata kotor bisa menjadikan seseorang durhaka kepada anaknya.
Bentuk kedurhakaan lainnya yaitu berupa kekerasan psikis dan emosi (emotional abuse) yang beruta penelantaran dan pengabaian hak-hak emosional anak, tidak memenuhi kebutuhan kasih sayang anak, pelukan dan ciuman dan hak mendapatkan perlindungan, bisa menyebabkan orang tua durhaka.
Suatu hari Rasulullah mencium dengan kasih cucu beliau Hasan bin Ali, pada saat itu ada seorang bernama Aqra bin Habis yang melihat kemudian mengomentari perbuatan Rasulullah itu dan berkata: "“Sesungguhnya saya mempunyai sepuluh orang anak, tetapi sama sekali tidak seorang pun di antara mereka yang pernah saya cium”.
Dijawab oleh Rasulullah: “Aku tidak dapat menjamin kamu bila Allah mencabut rasa belas-kasihan dari hatimu. Hai Habis, siapa yang tidak mempunyai rasa belas kasihan, dia tidak akan mendapat rahmat”.
Kemudian bentuk kedurhakaan lainnya yaitu berupa kekerasan fisik (Physical abuse), bisa berupa pukulan, tonjukan, jambakan jeweran dan lainnya.
Dan yang akhir-akhir ini sering juga terjadi yaitu Kedurhakaan Seksual (Seksual Abuse), rabaan, colekan, eksploitasi, bahkan perkosaan… naudzubillah…
Dalam buku 20 perilaku durhaka orangtua terhadap anak, pengarangnya Drs.M.Thalib menyebutkan 20 hal yang bisa menyebabkan seorang disebut durhaka kepada anak, yaitu:
1. Salah memilih calon ibu atau ayah.
2. Menafkahi anak dari hasil yang haram.
3. Mengajak anak kepada kemusyrikan.
4. Menghalangi anak beragama dengan baik dan benar.
5. Menelantarkan nafkah anak.
6. Menelantarkan pendidikan anak agama anak.
7. Menempatkan anak di lingkungan yang rusak.
8. Memaksa anak menikah dengan orang yang tidak disukainya.
9. Merintangi anak menikah.
10. Memperlakukan anak tidak adil.
11. Membiasakan hal-hal buruk terhadap anak.
12. Menyerahkan asuhan anak kepada non muslim.
13. Membebani anak dengan tugas-tugas di luar kemampuannya.
14. Menghilangkan hak waris anak.
15. Melahirkan anak di luar nikah.
16. Membiasakan anak boros.
17. Menciptkan suasana maksiat di lingkungan rumah
18. Memberi nama yang buruk kepada anak.
19. Tidak mengakui sebagai anaknya.
20. Membunuh anak.
Durhaka Orang Tua kepada Anak : Memaksa Anak Menikah dengan orang yang tidak disukainya
Imam Ahmad dan Nasa’i meriwayatkan hadits yang artinya “Seorang perempuan berkata (kepada Nabi): “Ayah saya telah menikahkan saya dengan kemenakannya agar dapat meringankan beban dirinya.” Rasulullah bersabda: “Saya serahkan urusan ini kepadamu.” Lalu anak perempuan itu berkata: “Saya benarkan apa yang dilakukan ayah saya itu. Tetapi saya ingin agar orang tahu bahwa para bapak tidak mempunyai hak sedikit pun dalam urusan ini.”
Hadits tersebut di atas memberi gambaran jelas bahwa Islam tidak membenarkan langkah orang tua yang menikahkan anaknya secara paksa, baik anak itu perempuan maupun anak laki-laki. Yang dikehendaki oleh Islam ialah calon mempelai benar-benar mengikat perkawinannya atas prinsip saling ridla dan senang hati. Prinsip ini tidak boleh dilanggar oleh siapa pun termasuk ibu dan bapak kandung yang bersangkutan.
Dari beberapa peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah saw, dapat disimpulkan bahwa:
- Pernikahan yang dilakukan orang tua atas anak gadisnya tanpa keridlaannya dapat dibatalkan oleh anak gadis tersebut.
- Pernikahan yang dilakukan oleh orang tua atas anak gadisnya tanpa persetujuannya lebih dahulu boleh dibatalkan atau diteruskan oleh anak gadis yang bersangkutan.
Dari fakta-fakta tersebut di atas dapat kita pahami bahwa orang tua wajib menghormati hak anak dalam menikah. Pada prinsipnya, memilih suami atau istri menjadi hak anak sepenuhnya. Orang tua yang memaksa kehendaknya, berarti telah berbuat dhalim kepada anak-anaknya. Setiap perbuatan dhalim berarti durhaka terhadap pihak yang didhalimi. Tegasnya, orang tua yang memaksa putra atau putrinya menikah di luar kehendaknya berarti telah berbuat durhaka kepada anak-anaknya.
Karena itu, orang tua yang memaksa anaknya untuk menikah kepada orang yang tidak disukai, sedangkan anaknya ternyata mempunyai pilihan yang menurut agama adalah benar, maka mereka yang menyadari bahwa memaksakan perkawinan kepada anaknya merupakan hal yang bertentangan dengan ketentuan agama, dapat menyerahkan urusannya kembali kepada anaknya. Yaitu jika anaknya suka, boleh ia teruskan; dan jika anaknya memutuskan untuk bercerai, ijinkan dia mengambil jalan perceraian. Tegasnya, orang tua sepenuhnya memberikan kebebasan kepada anaknya untuk melakukan pilihan. Selanjutnya orang tua meminta maaf kepada anaknya karena telah melakukan paksaan yang tidak dibenarkan oleh agama.
Sebaliknya, anak yang terlanjur dipaksa oleh orang tuanya untuk menikah semacam itu, mempunyai hak untuk mengambil dua langkah seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah pada hadits riwayat Ahmad dan Nasa’i. Langkah tersebut ialah:
- Boleh meneruskan; atau
- Boleh pula membatalkan perkawinannya.
Jadi, karena hukum untuk memilih suami atau istri oleh agama diberikan
kepada yang bersangkutan, maka para orang tua muslim harus menyadari hak
anaknya semacam itu dan tidak melanggarnya hanya karena
pertimbangan-pertimbangan materi. Anak tidak boleh dianggap seperti
boneka yang tidak mempunyai kemauan untuk dapat memilih suami atau istri
yang layak bagi dirinya dan sesuai dengan ketentuan agama.
wallahua'lam
Sumber: 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak
wallahua'lam
Sumber: 20 Perilaku Durhaka Orang Tua Terhadap Anak
Bagaimana jika ortu menolak calon pilihan anaknya yg sdh dianggapnya baik & kemudian seiring berjalan waktu dan perjuangan anak mempertahankan cintanya akhirnya ortu pun merestui krn TERPAKSA, sehingga ortu masih merasa jengkel bahkan juga sedih atas pilihan anak tsb.. Dari sisi ini apakah si anak telah durhaka krn pernah saya dengar dari ustad jika anak yg telah membuat ortu bersedih hati maka dia adalah durhaka (kira2 spt itu)..
ReplyDeleteSaya menikahi seorang janda anak 1 ..bisa dbilang istri saya wanita malam awalnya..ibu nya sampe detik ini tidak mau menerima saya krn anaknya(istri saya )tidak bisa lg memberika uang utk biaya hidupnya dan suami yg kedua seperti wktu istri saya masih bekerja d tempat hiburan malam.. Ibunya ingin agar istri saya tetap bekerja di tempat hiburan malam..alhamdulillah dr saya nikah sampe sekarang istri saya rajin sholat dan tidak melepas hijabnya..mohon saranya. Bgai mana seharusnya Sikap saya k ibu mertua saya..thanks
ReplyDeletesemuanya itu dikembalikan pada hukum awalnya :)
ReplyDeletejika ada orang tua yang merasa terpaksa terhadap pilihannya anaknya, ya silakan saja..... sambil anaknya dan suaminya memberikan pengertian yang baik kalau pilihan mereka itu adalah terbaik buat mereka....
diharapkan orang tua segera mengerti, bahwa ada hak anak disitu.... bukan semata2 kewajiban anak harus menuruti segala kehendak orang tua.....
:)
Orang tua terlalu sensitif, hingga sering melukai perasaan anak. Hingga terkadang anak tidak sabar. Dan sering disebut anak durhaka. Apakah si anak akan menjadi durhaka?
ReplyDeleteApabila seorang ibu dalam meminta tolong kepada anak selalu menghardik anaknya,selalu kasar sama anak,dan siibu merasa cemburu melihat ayah yg sayang sekali sama anak perempuannya,sehingga ibu suka marah marah menghardik anaknya,membuat anak kehilabgan kesabaran sehingga anak jadi suka dongkol,apakah anak itu disebut anak durhaka?
ReplyDeleteSdr. Anonim.... mungkin agak sedikit melenceng dr artikel ya...
ReplyDeletetapi menurut saya harus dipilah terlebih dahulu berdasarkan hak dan kewajiban antara ibu dan anak
ibu berkewajiban mengurus, membesarkan anak dengan penuh kasih sayang
anak berkewajiban berbakti kepada ibu, termasuk didalamnya tidak dibenarkan dongkol ataupun benci terhadap ibunya, seburuk apapun perilaku sang ibu terhadapnya.
jadi.... bila melihat kasus dari pertanyaan anda, keduanya terdapat kesalahan di masing2 tindakannya.... dan itu tidak dibenarkan dalam agama
alangkah baiknya bila keduanya saling bersabar, serta saling mengingatkan di kala salah satunya sedang emosi...
wallahua'lam
:)
Terimakasih informasinya dari artikel anda, tentang Penjelasan durhaka kepada orang tua berikut artikel yang terkait tersebut di PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI DURHAKA KEPADA ORANG TUA
ReplyDeleteNB: Mohon tolong admin untuk di approve komentar saya ini bukan spam saya ketik sendiri komentarnya, kita saling membantu saja...kalau tidak ada dirugiakan apa salahnya saling membantu,, untuk kepentingan Seo dan kepentingan pengunjung blog anda mendapatkan informasi yang terkait terimakasih admin