Hakikat Sombong
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat
menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi
gunung.”(QS. Al-Israa’: 37
Penyakit sombong menyebabkan Iblis
tidak mau tunduk terhadap perintah ALLAH untuk bersujud. Penyakit ini
diwarisi oleh para pengikutnya.
Seperti Fir’aun yang enggan menerima
kebenaran yang dibawa oleh Musa karena congkak lantaran kekuasaanya.
Juga Qarun yang membusungkan dada lantaran banyaknya hata yang dimiliki,
“Dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan
yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan
tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu)” (QS.
Al-Ankabut: 39)
Rasa gengsi juga menjangkiti kaum Yahudi hingga
tidak mau beriman kepada Rasulullah SAW, padahal mereka mengenal Nabi
SAW, menyaksikannya dan mengenali tanda-tanda kenabian. ALLAH berfirman,
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat
dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya
sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan
kebenaran, padahal mereka mengetahui.”(QS. Al-Baqarah: 146)
Sifat
angkuh pula yang menjadi penghalang Abu Jahal untuk beriman. Ketika dia
ditanya alasan yang menghalanginya untuk mengimani Nabi SAW-padahal dia
mengetahui pasti-, Abu Jahal menjawab, “Kami berlomba dengan Bani
Hasyim dalam hal kehormatan, hingga tatkala kami berlomba laksana kuda
yang sedang bertanding, tiba-tiba mereka (Bani Hasyim) berkata,
“Diantara kami ada seorang Nabi, lantas kapan kita akan mendapatkannya?
Demi ALLAh aku tidak sudi mengimaninya?”
Begitulah,
kesombongannya menjadi penghalang utama sampainya hidayah, meskipun
awalnya akal membenarkan. Pada tataran berikutnya, penyakit ini dengan
cepat merusakan fungsi hati untuk mengidentifikasikan mana yang benar,
mana yang salah mana yang baik, dan mana yang buruk. Karena parameternya
adalah nafsu yang telah buta terhadap segala kekurangan diri. Jika
demikian, ia mengidap (minimal) penyakit ‘rabun’ kebenaran. Dan ujungnya
adalah buta terhadap kebenaran. ALLAH berfirman, “Demikianlah Allah
mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (QS.
Al-Mu’min: 35) Ibnu Katsier menafsirkan, “Maka setelah itu dia tidak
lagi mengenal yang ma’ruf dan tidak pula mengingkari yang mungkar.”
Di
samping itu, manusia sudah pasti merasa jengah melihat polah orang yang
pongah. Karena hanya mau menasehati, tidak mau menerima masukan. Hanya
maumenyalahkan, tanpa mau dikritik, apalagi disalahkan. Hanya ingin
orang menghargai dirinya, tanpa mau menghargai orang lain.
Belum
lagi akibat di akhirat, ALLAH mengancam, “(Dikatakan kepada mereka):
“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di
dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang
sombong.”(QS. Al-Mu’min: 76)
HAKIKAT SOMBONG
Kibr atau sombong
adalah dosa hati sebelum ia menjadi dosa anggota badan. Makna, bisa
saja orang yang tampak tawadhu’, tetapi karena dihatinya ada unsur
sombong, jadilah ia seorang mutakabbir. Atau sebaliknya orang yang
tampak sombong, selalu bicara dengan suara lantang, tetapi karena di
hatinya tidak ada unsur sombong maka ia bukan termasuk mutakabbir.
Rasulullah
SAW pernah menjelaskan hakikat sombong. Kata Beliau SAW sebagaimana
diriwayatkan Imam Muslim, “Sombong itu menganggap kebenaran sebagai
ketololan dan memandang remeh orang lain.”
Itulah dua sisi sombong,
yang barangsiapa menyimpan salah satunya di dalam hatinya, ia tidak akan
masuk ke surga sebelum bersih darinya. Darimanapun kebenaran, kita
wajib mnerimanya, meskipun itu datang dari anak kecil, anak kita atau
murid kita atau bawahan kita, misalnya.
Meskipun demikian, tidak
semua rasa bahwa ada kebaikan dan kebenaran dalam diri kata adalah
sombong, tetapi saat merasa lebih benar dari orang lain, saat itulah
sombong menjelma. Demikian pula halnya dengan dengan menganggap orang
lain bodoh atau tidak pintar, bisa saja pada saat yang sama ia pun
merasa tidak pintar, tetapi ketika melihat orang lain lebih bodoh dari
dirinya, saat itulah sifat sombong itu menjelma.
Para ulama
mengatakan, bila perasaan menganggap diri lebih baik dari orang lain ini
hanya disimpan di dalam hati, itulah sombong. Sedangkan jika
ditampakkan dengan sikap atau perbuatan, maka itulah takabbur.
GEJALA SOMBONG
Ada
banyak gejala atau indikasi seseorang telah dijangkiti penyakit
sombong. Di antaranya, menunggu orang lain mengucap salam, memberi
nasihat dengan tidak menghadapkan seluruh muka, atau menyampaikannya
dengan bahasa yang ketus. Juga, kalau nasihatnya dibalikkan kepadanya,
maka ia akan marah, jika ia seorang yang berilmu ia memperlakukan para
pelajar sebagai pembantu, senang diatangi, melihat orang awam seperti
keledai, dan menganggap orang lain sebagai orang bodoh.
SEMUA BERPOTENSI
Setiap
orang berpotensi untuk menyipan benih sombong dan menanam pohon
takabbur dalam dirinya. Karena masing-masing orang diberi kelebihan oleh
ALLAH. Secara global ada tujuh perkara yang dapat membuat sesorang
sombong.
Ilmu, orang yang paling berpotensi untuk dihinggapi sombong
adalah orang-orang yang berilmu, terutama saat ia lebih mengkhawatirkan
orang lain daripada dirinya sendiri. Mestinya seorang yang berilmu
memandangsemua orang lebih baik dari dirinya karena hujjah ALLAH telah
tegak atasnya dan dia sudah tidak bersungguh-sungguh saat mensyukuri
karunia-NYA.
Amal, dengan wara’, zuhud, dan taqwa yang
dimilikinya, membuatnya merasa lebih berhak untuk dihormati, merasa
sukses, selamat dan memandang orang lain celaka. Mestinya setiap ada
bencana yang terucap dari hati nurani manusia seperti yang dikatakan
Atha’ As-Salmiy ketika angin berhembus kencang, “Tidaklah angin ini
berhembus dan menimpa banyak orang karena diriku. Sekiranya diriku mati,
niscaya angin ributini akan mati.”
Nasab atau keturunan, orang
yang berdarah biru atau bangsawan, atau keturuanan para sahabat atau
keturunan para nabi terkadang merendahkan orang lain. Tak peduli di
depannya orang yang lebih tua atau lebih berilmu. Imam Ahmad
meriwayatkan dari Abu Dzar Rasulullah bersabda, “Lihatlah, sesungguhnya
engkau tidak lebih baikdari orang berkulit merah, dan hitam kecuali
engkau lebih bertakwa daripadanya.”
Wajah yang rupawan, ini
banyak terjadi di kalangan wanita. Saat melihat wanita lain yang gendut,
misalnya, jika ia mengatakan atau memberi isyarat kepada temannya yang
maknanya, “Eh, itu lho, si gendut!” atau “Eh, itu lho, si tongos!” maka
sungguh ia telah merasa lebih baik daripadanya. Dan sombong telah
melekat padanya.
Harta, ini banyak terjadi di kalangan pedagang,
pengusaha dan orang-orang kaya. Sering kita jumpai kenyataan bahwa jika
orang miskin bertamu ke orang lebih kaya, tuan rumah tidak menerimanya
denga baik. Apalagi jika tujuan sang tamu yang miskin itu ingin meminjam
uang.
Kekuatan, ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berbadan kuat. Mereka meremehkan orang yang berbadan lemah.
Pengikut,
sombong dalam pengikut sering dijumpai di komunitas guru, ustadz, da’I
dan siapa saja yang punya pengaruh terhadap massa. Seorang tokoh dengan
banyak pengikut sering cenderung meremehkan tokoh yang tak berpengikut.
Semoga
kita tidak termasuk kedalam berbagai golongan sombong di atas. Karena
sungguh akan menjadi penghuni neraka bagi siapa saja yang sombong.
Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Maukah aku beritahu
kepadamu tentang penghuni neraka? Kebanyakan penghuninya adalah
orang-orang keras kepala, angkuh dan sombong.” (HR. Bukhori-Muslim)
Selain
itu takutlah atas peringatan ALLAH, “Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18).
Sumber Tulisan: Ar-Risalah No. 62/ 2006
0 comments:
Jangan sungkan-sungkan komen di mari gan...
:)